Pertumbuhan penduduk semakin hari semakin membludak, hal ini menyebabkan terus terkurasnya sumbar daya energi di bumi ini. Pasokan sumber energi yang berasal dari fossil mulai menipis. Oleh karena itu penemuan-penemuan jenius dalam hal energi sangatlah penting, energi alternatif yang dapat diperbarui dan terus menerus adalah jawaban dari krisis energi dunia.
Kabar baik dari anak bangsa Indonesia yang berhasil menemukan sebuah inovasi cerdas untuk membantu mengatasi krisis energi. Sekelompok mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang berhasil mengubah bakteri menjadi lampu hemat energi yang bisa bertahan seumur hidup. Mereka adalah Muhammad Alfian Arifin, Nur Hasna Fauziah, Fitriani Tauziat. Para mahasiswa inovator ini berhasil mengubah bakteri Bioluminescence menjadi lampu biolie yang menghasilkan 10.68 watt cahaya. lampu penemuan mereka ini mampu menerangi ruangan dalam radius 68 meter.
Bakteri Bioluminescence adalah bakteri yang ada di dalam tubuh cumi-cumi. Bakteri ini mampu menghasilkan cahaya berwarna biru, cahaya inilah yang diolah oleh para mahasiswa innovator dari Malang ini menjadi lampu. Semakin banyak kandungan bakteri di dalam lampu maka lampu akan semakin terang, lampu ini tidak menghasilkan panas karena berasal dari bahan alam.
Seiring bertambahnya jumbal penduduk, maka semakin bertambah pula kebutuhan energi, sedangkan energi fossil semakin menipis. "Lampu hemat energi ini bisa mengatasi persoalan krisis energi" kata mereka.
Mereka menyatakan bahwa bakteri di dalam lampu harus diberi nutrisi agar lampu bisa terus bercahaya. Nutrisi yang berupa bahan organik diperoleh dari sayuran yang difermentasi. Cara membuat nutrisi yaitu dengan mencacah halus sayuran kemudian dicampur dengan gula, EM4, dan kecap.
Lampu karya anak bangsa ini sangat ramah lingkungan dan ekonomis karena dapat dipakai seumur hidup. Lampu ini dapat dipakai seumur hidup karena bakteri yang mati akan menghasilkan indukan baru dan begitu seterusnya. Lampu sangat mudah diletakkan dimanapun tanpa harus memakai kabel seperti lampu pada umumnya.
Cara membuat lampu ini yaitu dengan cara mengambil bakteri yang terdapat dalam tubuh cumi-cumi, kemudian bakteri tersebut diisolasi dalam sebuah biolie dengan konsentrasi 4,6x109 CFU per mililiter. Biolie adalah alat yang terdiri dari lensa mika, serbuk kayu yang dipadatkan dan aerator.
Semoga lampu ini segera diproduksi massal dan menjadi produk kebanggan Indonesia.
Kabar baik dari anak bangsa Indonesia yang berhasil menemukan sebuah inovasi cerdas untuk membantu mengatasi krisis energi. Sekelompok mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang berhasil mengubah bakteri menjadi lampu hemat energi yang bisa bertahan seumur hidup. Mereka adalah Muhammad Alfian Arifin, Nur Hasna Fauziah, Fitriani Tauziat. Para mahasiswa inovator ini berhasil mengubah bakteri Bioluminescence menjadi lampu biolie yang menghasilkan 10.68 watt cahaya. lampu penemuan mereka ini mampu menerangi ruangan dalam radius 68 meter.
Bakteri Bioluminescence adalah bakteri yang ada di dalam tubuh cumi-cumi. Bakteri ini mampu menghasilkan cahaya berwarna biru, cahaya inilah yang diolah oleh para mahasiswa innovator dari Malang ini menjadi lampu. Semakin banyak kandungan bakteri di dalam lampu maka lampu akan semakin terang, lampu ini tidak menghasilkan panas karena berasal dari bahan alam.
Seiring bertambahnya jumbal penduduk, maka semakin bertambah pula kebutuhan energi, sedangkan energi fossil semakin menipis. "Lampu hemat energi ini bisa mengatasi persoalan krisis energi" kata mereka.
Mereka menyatakan bahwa bakteri di dalam lampu harus diberi nutrisi agar lampu bisa terus bercahaya. Nutrisi yang berupa bahan organik diperoleh dari sayuran yang difermentasi. Cara membuat nutrisi yaitu dengan mencacah halus sayuran kemudian dicampur dengan gula, EM4, dan kecap.
Lampu karya anak bangsa ini sangat ramah lingkungan dan ekonomis karena dapat dipakai seumur hidup. Lampu ini dapat dipakai seumur hidup karena bakteri yang mati akan menghasilkan indukan baru dan begitu seterusnya. Lampu sangat mudah diletakkan dimanapun tanpa harus memakai kabel seperti lampu pada umumnya.
Cara membuat lampu ini yaitu dengan cara mengambil bakteri yang terdapat dalam tubuh cumi-cumi, kemudian bakteri tersebut diisolasi dalam sebuah biolie dengan konsentrasi 4,6x109 CFU per mililiter. Biolie adalah alat yang terdiri dari lensa mika, serbuk kayu yang dipadatkan dan aerator.
Semoga lampu ini segera diproduksi massal dan menjadi produk kebanggan Indonesia.